Saturday 28 May 2016

Biarpun Bos Kamu Brengsek dan Gaji Kamu Kecil

Selalu berikan yang terbaik.

He? 
Pandangan yang sangat salah menurut saya tentang pekerjaan dan menjadi karyawan adalah ketika seseorang bekerja, dia merasa bahwa dia bekerja untuk orang itu, dan hidupnya tergantung oleh perusahaan itu.
Salah.
Menurut saya yang benar adalah kamu itu selalu bekerja untuk dirimu sendiri.
Dulu sekali ketika mendengar masalah-masalah pribadi yang menimpa karyawan-karyawan saya, saya sering merasa kasihan dan saya ingin menyelamatkan setiap mereka dari semua masalah mereka.
Ketika hal ini saya ceritakan kepada seorang teman, dia berkata, “Ingat, elu boleh bersimpati, tapi elu tidak bertanggung-jawab atas keseluruhan hidup mereka. Hidup mereka adalah tanggung-jawab mereka sendiri.
Mendengar itu untuk pertama kalinya, saya seperti terhentak: Betul juga.

Mungkin kita bisa lihat sisi sebaliknya dari perkataan teman saya itu.
Bagaimana karirmu, bagaimana kamu menghargai waktu, bagaimana kamu berusaha memberikan 15 ketika diminta 10, bagaimana kamu menjadi team-player, bagaimana kamu bisa menjadi orang yang diandalkan, bagaimana handalnya kamu mencari solusi yang lebih elegan, bagaimana kamu peduli akan hasil pekerjaan kamu, semuanya itu tidak pernah tergantung kepada bos kamu dan perusahaan kamu.
Ketika bekerja, kamu sedang membangun karirmu sendiri.
Saya katakan ini bukan mengajak teman-teman untuk menjadi orang gue-sentris dan hanya memikirkan diri sendiri dan peduli amat soal perusahaan gue.
Bukan.
Tapi saya katakan ini untuk mengajak teman-teman tidak lagi berpikir “ih, gue kerja capek-capek gini, digaji kecil, ehhh.. kerjanya buat si brengsek lagi…” ketika sedang bekerja.
Ijinkan saya berbagi sebuah cara berpikir sederhana yang selalu digunakan oleh mereka yang karirnya terus naik.
Jikalau kamu bekerja betul (seperti “bagaimana-bagaimana” di atas tadi) maka kamu pasti akan bertambah secara nilai.
Nah jikalau bos kamu pintar dan bisa melihat ini, dia pasti akan memikirkan bagaimana mereward kamu: promosi, gaji, fasilitas, tanggung-jawab, recognition.
Jika bos kamu pintar, hal-hal ini sudah pasti terjadi. Pasti. Remember, I’m a boss almost all my life.
“Gua akan kerja sedemikian rupa sampai bos gua malu gaji gua segitu,” kata seorang teman yang sepanjang hidupnya karirnya melesat terus.

Nah, jikalau bos kamu *tidak* pintar dan tidak bisa melihat nilai kamu yang terus naik, maka tinggal hanya tunggu waktu 
1) kamu keluar untuk mencari pekerjaan lain/usaha sendiri, atau 
2) ada bos pintar lain di luar sana yang melihat kamu dan akhirnya kamu ditarik oleh dia.
Dua hal ini selalu, terus-menerus terjadi. Ingat-ingat aja teman-teman sekeliling kamu. Saya sendiri sudah melihat begitu banyak contoh orang keren yang bosnya o’on sehingga ya… mereka diajak cabut oleh bos-bos keren dan perusahaan-perusahaan keren.
Percayalah, di dunia ini yang namanya pekerjaan itu buanyak-buanyak-buanyak sekali. Ampun-ampunan dah. Sebagai pemimpin sebuah perusahaan yang sedang berkembang pesat.
Jikalau kamu betul-betul bagus, maka kamu tidak akan pernah kelaparan, karena dunia berebutan mau mempekerjakan kamu.
Jadi, bekerja sebaik-baiknya, sekeren-kerennya, tanpa melihat bos dan gaji kamu, itu pasti selalu akan berakhir baik. Sekali lagi: Pasti.
Nah masalahnya nih 🙂
Masalahnya banyak orang merasa dia sudah bagus dan bernilai tinggi, tapi sebetulnya… pfffttttrrrr…. *suara balon kempes*
Sehingga ketika dia marah-marah dan ngedumel tentang tidak adilnya dunia… sebetulnya… errr…. dunia itu sebetulnya adil juga… because you, ummm, how to-put-it-lightly: suck like a black hole.
🙂
Makanya biar jelas: tanya rekan sekerja, bandingkan kualitas pekerjaan kamu dengan teman-teman seprofesi, minta masukan dari bos-bos hebat kamu dan sahabat-sahabat pintar kamu yang bisa ngomong blak-blakan.
Hanya dengan demikian, bukan hanya dengan perasaan, baru kamu bisa punya gambaran yang lebih akurat tentang nilai kamu.
Jangan-jangan selama ini kamu hanya hidup di dunia kamu sendiri.

BACA JUGA  MOTIVASI LAINNYA


Ular vs Gergaji = Kita vs Ego, Baca dulu baru tau. 

 

Kisah Si BUTA Melamar Jadi DOSEN

 

Alkisah Rejeki KOIN PENYOK jadi Ratusan Ribu. Sedih, Harus tetep semangat

 

BERAPA PERSEN HIDUP KITA MUBAZIR ?

 

HUBUNGAN LAGU GUNDUL PACUL SAMA SIFAT KEPEMIMPINAN

 

CARA MENCARI KEBAHAGIAAN

 

Alkisah Penebang Kayu



Hikmah Toples Dalam Kehidupan

No comments:

Post a Comment